Fresta Go! - Kami menyerukan kepada Anda untuk merenungkan gambar konvoi pick up yang dilakukan Negara Islam/ISIS saat memasuki Irak dengan melintasi gurun terbuka sepanjang 250 km, yang memisahkan kedua negara.
Konvoi ini memasuki Irak pada Juni 2014 lalu.
Apa yang akan diperlukan dari sudut pandang militer untuk menghancurkan konvoi ISIS –yang secara efektif tidak memiliki kemampuan pertahanan anti-pesawat? Dalam hal ini kita hanya menggunakan logika saja, tanpa memerlukan pemikiran strategi militer secara mendalam.
Jika ingin menghancurkan pasukan ISIS, Barat bisa melakukan bom “karpet” unutk menghancurkan konvoi pickup Toyota ketika melintasi padang pasir dari Suriah ke Irak pada bulan Juni.
Jawabannya cukup jelas, tak satupun media yang memahami betul hal tersebut.
Padang Pasir Suriah merupakan wilayah terbuka. Jadi dengan keadaan seperti itu, kecanggihan pesawat jet tempur seperti F15, F22 Raptor, dan F16 hanya menghadapi “sepotong kue” saja dari sudut pandang militer dalam melakukan ‘operasi bedah’ cepat menghancurkan konvoi Negara Islam/ISIS dalam hitungan jam.
Sebaliknya apa yang telah kita saksikan adalah suatu aksi serangan udara dan pemboman terus menerus selama enam bulan ini, tetapi musuh ternyata masih utuh. Sebagai perbandingan, serangan bom NATO terhadap Yugoslavia pada tahun 1999 hanya berlangsung sekitar tiga bulan (24 Maret – 10 Juni 1999).
Dan kita dituntun untuk percaya bahwa Negara Islam/ISIS tidak bisa dikalahkan oleh kekuatan AS sebagai pemimpin koalisi bersama 19 negara lainnya. Sesungguhnya kampanye udara tersebut tidak dimaksudkan untuk memusnahkan ISIS.
Mandat kontra-terorisme merupakan sebuah fiksi. Sesungguhnya Amerika Serikat adalah “Negara Sponsor Terorisme” nomor satu.
ISIS tidak hanya dilindungi oleh AS dan sekutunya, tetapi juga dilatih dan dibiayai oleh AS-NATO, dengan dukungan dari Israel dan sekutu-sekutu Washington di Teluk Persia.
Konvoi ini memasuki Irak pada Juni 2014 lalu.
Apa yang akan diperlukan dari sudut pandang militer untuk menghancurkan konvoi ISIS –yang secara efektif tidak memiliki kemampuan pertahanan anti-pesawat? Dalam hal ini kita hanya menggunakan logika saja, tanpa memerlukan pemikiran strategi militer secara mendalam.
Jika ingin menghancurkan pasukan ISIS, Barat bisa melakukan bom “karpet” unutk menghancurkan konvoi pickup Toyota ketika melintasi padang pasir dari Suriah ke Irak pada bulan Juni.
Jawabannya cukup jelas, tak satupun media yang memahami betul hal tersebut.
Padang Pasir Suriah merupakan wilayah terbuka. Jadi dengan keadaan seperti itu, kecanggihan pesawat jet tempur seperti F15, F22 Raptor, dan F16 hanya menghadapi “sepotong kue” saja dari sudut pandang militer dalam melakukan ‘operasi bedah’ cepat menghancurkan konvoi Negara Islam/ISIS dalam hitungan jam.
Sebaliknya apa yang telah kita saksikan adalah suatu aksi serangan udara dan pemboman terus menerus selama enam bulan ini, tetapi musuh ternyata masih utuh. Sebagai perbandingan, serangan bom NATO terhadap Yugoslavia pada tahun 1999 hanya berlangsung sekitar tiga bulan (24 Maret – 10 Juni 1999).
Dan kita dituntun untuk percaya bahwa Negara Islam/ISIS tidak bisa dikalahkan oleh kekuatan AS sebagai pemimpin koalisi bersama 19 negara lainnya. Sesungguhnya kampanye udara tersebut tidak dimaksudkan untuk memusnahkan ISIS.
Mandat kontra-terorisme merupakan sebuah fiksi. Sesungguhnya Amerika Serikat adalah “Negara Sponsor Terorisme” nomor satu.
ISIS tidak hanya dilindungi oleh AS dan sekutunya, tetapi juga dilatih dan dibiayai oleh AS-NATO, dengan dukungan dari Israel dan sekutu-sekutu Washington di Teluk Persia.