Fresta Go! - The Coca-Cola Company (TCCC) baru saja meresmikan dua lini produksi baru mereka yang berlokasi di Bekasi. Dikabarkan pabrik tersebut menelan biaya senilai 500 juta dolar Amerika atau sekitar Rp6,5 triliun.
Investasi yang disuntikkan melalui ekspansi pabrik, peningkatan kapasitas produksi dan sumber daya manusia ini diyakini dapat membantu pembangunan perekonomian di Indonesia.
Nantinya, dana tersebut juga akan digunakan untuk mempercepat perluasan sistem produksi, penyimpanan, dan pengadaaan infrastruktur minuman dingin.
Investasi baru ini akan menambah total nilai investasi yang telah mencapai 1,2 milyar dolar AS yang dilakukan oleh The Coca-Cola System di Indonesia selama 25 tahun terakhir. "Kami melihat Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan dan merupakan salah satu roda pertumbuhan untuk meraih visi jangka panjangh kami," ucap Muhtar Kent, Chairman and CEO The Coca-Cola Company.
Menurut Muhtar, investasi senilai 500 juta dolar AS ini menegaskan kembali keyakinan pihaknya pada Indonesia. Ini lanjutnya, akan membantu pihaknya menangkap peluang untuk terus berkembanhg di salah satu negara terbesar dan paling dinamis di dunia.
"Di saat yang sama memosisikan kami untuk lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen dan para mitra bisnis. Kami percaya bahwa dengan menciptakan lapangan pekerjaan serta mengupayakan penyerapan tenaga kerja lokal, kami dapat turut mendorong perekonomian serta berkontribusi terhadap pertumbuhan Indonesia," kata Muhtar.
Bulan Oktober 2014 lkemarin, The Coca-Cola Company mengumumkan rencana investasi senilai 500 juta dolar AS pada anak perusahaan Coca-Cola Amatil di Indonesia, dengan kompensasi berupa kepemilikan saham 29,4 persen. Adanya penambahan dana investasi kepada CCAI ini adalah untuk mendukung akselerasi perluasan sistem produksi, penyimpanan (warehousing) dan infrastruktur untuk pengadaan minuman dingin.
Investasi ini akan menciptakan efek berlipat ganda terhadap tenaga kerja lokal, meningkatkan penyerapan tenaga kerja oleh The Coca-Cola System, baik secara langsung maupun tidak langsung dari perkiraan 60.000 hingga 135.000 orang dalam tiga hingga empat tahun mendatang.
Dalam tiga tahun terakhir CCAI telah meresmikan 18 lini produksi baru, menempatkan 150.000 lemari pendingin, serta membangun tiga pusat distribusi raksasa untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lokal dengan total nilai investasi lebih dari 300 juta dolar AS.
"Dua lini produksi yang diresmikan hari ini merupakan contoh yang sangat baik untuk menggambarkan bagaimana tambahan investasi sebesar 500 juta dolar AS akan dialokasikan," ujar Group Chairman CCA, David Gonski.
David menambahkan, CCA berkomitmen untuk terus membangun masa depan bersama dengan para mitra, pelanggan dan konsume di Indoneisa. "Kesepakatan joint venture yang akan kami laksanakan merupakan langkah penting bagi kami untuk meneruskan dan menunjang upaya kami untuk menciptakan masa depan yang kuat untuk bisnis dan komunitas di sekitar wilayah operasi kami di Indonesia," katanya.
Sejak kini hingga 2020, nilai ritel dari total kategori minuman siap saji non-alkohol secara global diprediksi meningkat hingga 200 milyar dolar AS, dan Indonesia mewakili salah satu segmen dengan pertumbuhan terpesat dalam peluang global ini. Dengan populasi lebih dari 240 juta orang, Indonesia memiliki pertumbuhan di kelas menengah, dengan tingkat konsumsi minuman siap minum non-alkohol yang akan terus berkembang.
Acara ini juga akan dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel, Menteri Perindustrian Saleh Husin, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani dan Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin.
Investasi yang disuntikkan melalui ekspansi pabrik, peningkatan kapasitas produksi dan sumber daya manusia ini diyakini dapat membantu pembangunan perekonomian di Indonesia.
Nantinya, dana tersebut juga akan digunakan untuk mempercepat perluasan sistem produksi, penyimpanan, dan pengadaaan infrastruktur minuman dingin.
Investasi baru ini akan menambah total nilai investasi yang telah mencapai 1,2 milyar dolar AS yang dilakukan oleh The Coca-Cola System di Indonesia selama 25 tahun terakhir. "Kami melihat Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan dan merupakan salah satu roda pertumbuhan untuk meraih visi jangka panjangh kami," ucap Muhtar Kent, Chairman and CEO The Coca-Cola Company.
Menurut Muhtar, investasi senilai 500 juta dolar AS ini menegaskan kembali keyakinan pihaknya pada Indonesia. Ini lanjutnya, akan membantu pihaknya menangkap peluang untuk terus berkembanhg di salah satu negara terbesar dan paling dinamis di dunia.
"Di saat yang sama memosisikan kami untuk lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen dan para mitra bisnis. Kami percaya bahwa dengan menciptakan lapangan pekerjaan serta mengupayakan penyerapan tenaga kerja lokal, kami dapat turut mendorong perekonomian serta berkontribusi terhadap pertumbuhan Indonesia," kata Muhtar.
Bulan Oktober 2014 lkemarin, The Coca-Cola Company mengumumkan rencana investasi senilai 500 juta dolar AS pada anak perusahaan Coca-Cola Amatil di Indonesia, dengan kompensasi berupa kepemilikan saham 29,4 persen. Adanya penambahan dana investasi kepada CCAI ini adalah untuk mendukung akselerasi perluasan sistem produksi, penyimpanan (warehousing) dan infrastruktur untuk pengadaan minuman dingin.
Investasi ini akan menciptakan efek berlipat ganda terhadap tenaga kerja lokal, meningkatkan penyerapan tenaga kerja oleh The Coca-Cola System, baik secara langsung maupun tidak langsung dari perkiraan 60.000 hingga 135.000 orang dalam tiga hingga empat tahun mendatang.
Dalam tiga tahun terakhir CCAI telah meresmikan 18 lini produksi baru, menempatkan 150.000 lemari pendingin, serta membangun tiga pusat distribusi raksasa untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lokal dengan total nilai investasi lebih dari 300 juta dolar AS.
"Dua lini produksi yang diresmikan hari ini merupakan contoh yang sangat baik untuk menggambarkan bagaimana tambahan investasi sebesar 500 juta dolar AS akan dialokasikan," ujar Group Chairman CCA, David Gonski.
David menambahkan, CCA berkomitmen untuk terus membangun masa depan bersama dengan para mitra, pelanggan dan konsume di Indoneisa. "Kesepakatan joint venture yang akan kami laksanakan merupakan langkah penting bagi kami untuk meneruskan dan menunjang upaya kami untuk menciptakan masa depan yang kuat untuk bisnis dan komunitas di sekitar wilayah operasi kami di Indonesia," katanya.
Sejak kini hingga 2020, nilai ritel dari total kategori minuman siap saji non-alkohol secara global diprediksi meningkat hingga 200 milyar dolar AS, dan Indonesia mewakili salah satu segmen dengan pertumbuhan terpesat dalam peluang global ini. Dengan populasi lebih dari 240 juta orang, Indonesia memiliki pertumbuhan di kelas menengah, dengan tingkat konsumsi minuman siap minum non-alkohol yang akan terus berkembang.
Acara ini juga akan dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel, Menteri Perindustrian Saleh Husin, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani dan Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin.