Fresta Go! - Salah satu faktor yang membuat WNI bergabung dalam organisasi radikal, seperti Negara Islam Iraq dan Syria (ISIS), karena adanya rasa kebencian terhadap pemerintah. Pengamat terorisme Nasir Abas mengatakan, kebencian itu timbul akibat pemerintah yang dinilai tidak menjalankan syariat Islam. Pemerintah juga dinilai mereka banyak berbuat dosa, seperti korupsi.
Atas dasar kebencian itulah, kemudian timbul pandangan yang sama di antara mereka. Yaitu, pemerintah menzalimi umat Islam. "Itu kata-kata bahasa yang menumbuhkan kebencian," ucap Nasir saat ditemui di Cikini, Jakarta, Kamis (19/3).
Mantan anggota Jamaah Islamiah itu menuturkan, sebelum menjadi anggota kelompok dengan paham radikal, mereka lebih dulu dicuci otak dengan menanamkan kebencian dan permusuhan. Untuk membalas kebencian, mereka rela melakukan berbagai cara. "Jihad membalas kebencian," ujarnya.
Setelah proses cuci otak itu selesai, mereka diberangkatkan ke daerah ISIS dengan segala resiko. Tujuannya, membentuk negara baru yang menjalankan syariat Islam.
Nasir juga menambahkan, pemerintah perlu melakukan pencegahan dini. Negara tidak boleh kalah dari ISIS dan perlu ada penindakan terhadap mereka yang diketahui bergabung dengan ISIS. Selain itu, pemerintah harus segera menarik WNI yang ada di sana. Apalagi, anak-anak yang dijadikan bibit-bibit pejuang ISIS. "Nanti anak-anak tersebut kembali ke Indonesia dan membuat negara Islam di Indonesia," tutupnya.(JPDC)
Atas dasar kebencian itulah, kemudian timbul pandangan yang sama di antara mereka. Yaitu, pemerintah menzalimi umat Islam. "Itu kata-kata bahasa yang menumbuhkan kebencian," ucap Nasir saat ditemui di Cikini, Jakarta, Kamis (19/3).
Mantan anggota Jamaah Islamiah itu menuturkan, sebelum menjadi anggota kelompok dengan paham radikal, mereka lebih dulu dicuci otak dengan menanamkan kebencian dan permusuhan. Untuk membalas kebencian, mereka rela melakukan berbagai cara. "Jihad membalas kebencian," ujarnya.
Setelah proses cuci otak itu selesai, mereka diberangkatkan ke daerah ISIS dengan segala resiko. Tujuannya, membentuk negara baru yang menjalankan syariat Islam.
Nasir juga menambahkan, pemerintah perlu melakukan pencegahan dini. Negara tidak boleh kalah dari ISIS dan perlu ada penindakan terhadap mereka yang diketahui bergabung dengan ISIS. Selain itu, pemerintah harus segera menarik WNI yang ada di sana. Apalagi, anak-anak yang dijadikan bibit-bibit pejuang ISIS. "Nanti anak-anak tersebut kembali ke Indonesia dan membuat negara Islam di Indonesia," tutupnya.(JPDC)